skip to main |
skip to sidebar
Sayang, kalau kau bertemu orang yang mengatakan bahwa kebenaran itu adalah relatif (tidak absolut), bersifat subyektif, tergantung perspektif individu. Tanyakan padanya apakah dia laki-laki atau perempuan. Jika dia menjawab laki-laki, maka jawablah menurutmu dia perempuan. Kalau dia membantah, pertahankan pendapatmu. Kalau dia sampai marah, maka berkatalah mengapa harus marah, bukankah kebenaran itu relatif. Apa salahnya mengatakan menurut saya anda perempuan atau bagi saya anda orang utan bukan manusia. Mengapa membantah, bukankah kebenaran itu relatif? Apa salahnya? Semau saya berkata apa. Saya benar anda benar, bukankah itu yang diinginkan anda? Ya, jawablah seperti itu. Sambil menjelaskan bahwa pendapatnya itu salah. Katakan lagi padanya, jika semua pendapat adalah benar, dalam arti relatif, bukankah pernyataan itu kontradiktif? Dengan mengatakan semua kebenaran itu relatif, dengan sendirinya ia telah memutlakkan (mengabsolutkan) yang relatif sebagai yang benar. Cara berpikir seperti ini sudah keliru, Sayang. Dan menyesatkan orang. Karena bisa-bisa orang hidup dalam kebingungan, tak punya pegangan, tak punya arah. Bagaimana bisa orang mengatakan pendapatnya benar. Ketika ia berpikir, bukankah ada banyak hal yang mengisi pikirannya, lalu dipilihnya satu untuk dikatakannya benar, tapi kemudian dia juga berpikir bahwa yang lain yang terlintas dipikirkannya yang tidak dipilihnya itu juga benar. Maka mana yang benar? Semuanya. Mengapa dia tidak memilih semuanya? Ya, dia akan memilih ini sekarang, lalu yang itu besok, meski keduanya sesuatu yang bertentangan lalu.. lusanya lain lagi.. lalu.. lalu.. dia akan bingung, gelisah, galau dan tak mungkin bisa hidup normal.
0 komentar:
Posting Komentar